Headlines News :
http://picasion.com/i/1URpX/
http://picasion.com/i/1UScV/
Home » » Madu Maniskan Kapuas Hulu

Madu Maniskan Kapuas Hulu

On Friday, June 28, 2013 | 2:08 AM

Danau Lindung Empangau di Kecamatan Bunut Hilir pernah memperoleh penghargaan tingkat Nasional tahun 2012.

GOALOLEH    Eko Darmawan     


Potensi wilayah Kabupaten Kapuas Hulu yang pernah dikenal dengan Kabupaten “Seribu Danau” membentuk lancape ekosistem dataran rendah yang sangat luas hampir mencapai 40 % dari total luas Kabupaten Kapuas Hulu, dimana ekosistem dataran rendah dan peraian ini baru kawasan Danau Sentarum yang banyak menjadi perhatian dunia, yaitu selain berstatus Taman Nasional, juga sebagai kawasan Ramsar yaitu ekosistem lahan basah dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi.
Selain wilayah Danau Sentarum masih ada 22 Danau yang dikukuhkan oleh pemerintahan Kabupaten sebagai Danau Lindung dengan Surat Keputusan Bupati, satu diantaranya melalui binaan Dinas Perikanan yaitu Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Danau Lindung Empangau di Kecamatan Bunut Hilir pernah memperoleh penghargaan tingkat Nasional tahun 2012.
Seribu danau di hamparan lancape ini selain menjadi habitat aquatik dan biodiversity lainnya, juga merupakan habitat singgahnya Lebah (Apis dorsata), untuk periode tertentu dan sangat tergantung dengan situasi dan kondisi alam lokal yang ada, dalam hal ini terutama sekali musim berbunga dari semua jenis tumbuhan yang dikenal sebagai pakan lebah yakni dari jenis-jenis Putat (Barringtonia acutangula), Masung (Syzygium clauvifora), Kayu Taun (Carallia bracteaca) dan Marbenbam (Xanthophyllum sp) serta jenis perkayuan yang beragam seperti Ubah (Syzygium ducifolium), Kawi (Shorea belangeran), Leban (Vitex pinnata), Akar Libang (Monocarpus sp) dan Ringin (Dillenia beccariana).
Musim berbunga diakhir tahun 2012 hingga awal tahun 2013 ini merupakan situasi dan kondisi yang serba pas/sesuai bagi Lebah untuk singgah dan bersarang di hamparan lanscape seribu danau dari wilayah Danau Sentarum sampai kawasan Danau Buwak di Kecamatan Bika didaerah hulunya. Hal ini memberikan manfaat luar biasa yang diperoleh masyarakat disepanjang wilayah tersebut bahkan melebar ke utara sampai diwilayah Danau Mati dan Danau Tunggal di batang/sungai palin diwilayah desa Nanga Lauk Kecamatan Embaloh hilir, serta sampai ke Danau Lindung Pulau Danau diwilayah administrasi desa Nanga Danau Kecamatan Bunut Hulu untuk kearah selatannya. Data yang dikumpulkan melalui kontak-kontak person disetiap titik/sentral kegiatan panen madu ini dapat dilihat pada bagai disamping ini.
Berdasarkan sarangnya, lebah (Apis dorsata) terdiri dari 2 kategori yaitu sarang dipohon Lalau, biasanya terdapat pada pohon besar dan tinggi, dari jenis Rengas (Gluta rengas), sering juga pada jenis Kempas atau Meris (Kempassia sp), dan madunya sering disebut madu lalau,  atau jika terjadi pada sembarang jenis kayu (yang tidak biasa dan rendah) disebut sarang repak atau madu repak. Kategori lainnya adalah sarang lebah yang hinggap di Tikung.
Tikung adalah sebilah papan dari kayu yang sudah mati (tidak bergetah lagi), ukuran kurang lebih 2 meter, lebar 15 cm dan tebal 2 cm, dibuat dari jenis kayu lokal seperti Medang (Litsea firma) dan Tembesuk (Fragrarea fragran), kemudian dipasang miring pada pepohonan Putat dan lainnya dengan ketinggian 2 hingga 3 meter dari permukaan air.
Untuk wilayah Danau Sentarum, sebagian besar Ujung Jambu dan Penepian Raya serta wilayah Siawan Belida hasil madunya banyak diperoleh dari hasil sarang Tikung, sementara Piasak, Joki Hilir, sebagian Empangau dan Aur serta Embaloh Hilir didominasi oleh madu dari sarang lalau.

Di Danau Sentarum, pengelolaan Madu sudah terorganisir dengan membentuk Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS), produksinya juga sudah disertifikasi oleh lembaga nasional Biocert yang difasilitasi oleh Asosiasi Organik Indonesia (AOI). Teknis panen higienis dan lestari diterapkan secara konsisten, sehingga produksinya juga dijamin bisa bertahan sampai 2 tahun.
Dari hasil produksi madu dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu kategori  1 hasil dari panen lestari, higenis dan bersertifikat, kategori 2 hasil dari panen lestari dan higenis tetapi belum bersertifikat, dan kategori 3 belum panen lestari dan belum bersertifikat (panen manual, lokal dan tradisional) 
Dari total 90-an Ton Madu hasil panen periode januari sampai Maret 2013 ini hanya dari APDS saja penjualannya yang jelas, yaitu 13 Ton di beli langsung oleh Lembaga Dian Niaga Jakarta melalui fasilitasi Perkumpulan Kaban dan Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI), sementara yang lain tersebar dari pasar lokal di Kapuas Hulu, baik di kota Putussibau, kota-kota kecamatan dari Lanjak, Semitau, Jongkong, Tepuai, sampai Nanga Silat, kemudian kota Kabupaten lain dari Sintang, Sekadau, Sanggau sampai Kota Pontianak, bahkan sampai ke Singkawang, Sambas dan Ketapang. Ada juga sebagian yang terjual ke Malaysia melalui Badau dan Entikong, namun informasi banyaknya penjualan/distribusi madu ke setiap daerah ini tidak bisa diketahui secara detail.
Bisa dikalkulasi sederhana bahwa dari potensi madu hutan 90 ton lebih ini masyarakat Kapuas Hulu sudah mendapat manfaat dari kondisi alam yang baik, karena datang dan bersarangnya lebah menjadi indikator baiknya habitat, ekosistem dan iklim mikro ditempat tersebut, suatu keadaan yang logis misalnya karena kebakaran wilayah Siawan-Belida yang berada disekitar 40-an ribu Ha hamparan lahan basah, gambut, kerangas dan hutan dataran rendah, serta terdiri dari 12 kelompok tani madu hutan atau yang lebih sering dikenal dengan istilah periau, periode ini hanya panen sekitar 5 ton saja, padahal wilayah ini dengan potensi alam dan luasannya maksimal bisa memproduksi madu sebesar 20 ton.
Besarnya potensi madu hutan dari alam Kabupaten Seribu Danau dan Uncak Kapuas ini, Pemerintah Kabupaten pada tahun 2012 sudah menetapkan sebuah tim kecil berupa Kelompok Kerja (Pokja) khusus untuk pengembangan Madu Hutan ini dengan Surat Keputusan Bupati nomor 298 tahun 2012 yang dirangkai dalam satu kesatuan Sistem Inovasi Daerah Kabupaten Kapuas Hulu. Pokja Madu hutan ini berada dibawah koordinasi instansi teknis Dinas Perkebunan dan Kehutanan dengan Bapak Jumtani (Kepala Bidang Rehabilitasi dan Perhutanan Sosial) sebagai ketua dan Bapak Yusniardi (Kepala Seksi Perhutanan Sosial) sebagai Sekretaris. Sementara keanggotaannya didukung oleh seorang staf dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan serta 4 orang dari perwakilan Lembaga Swadaya Masyarakat yang sudah eksis melakukan pendampingan dan pengembangan masyarakat dibidang Madu Hutan ini.
Pokja Pengembangan Madu Kabupaten Kapuas Hulu sudah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak terkait, antara lain diinstansi internal Pemerintah Daerah dengan Dinas Perindusrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Kapuas Hulu untuk pengembangan strategi pagceging dan pemasaran, dan dengan Bappeda terkait kepastian wilayah kelola. Sementara dengan pihak luar dari Pemerintah Daerah yaitu Kementrian Kehutanan untuk fasilitasi-fasilitasi Pendampingan dan Pemberdayaan masyarakat, dengan AOI dan Biocert untuk fasilitasi Sertifikasi Organis, kemudian juga dengan BUMD dan Bank untuk fasilitasi permodalan.
Pokja Madu lebah ini juga sudah mewacanakan untuk penyelenggaraan Workshop Pengembangan Madu Hutan Kabupaten Kapuas Hulu yang didukung oleh Kementrian Kehutanan melalui BPDAS Kapuas, GIZ-Forclime, FFI dan WWF, Workshop ini direncanakan akan melibatkan peran aktif dari Perkumpulan Kaban, Yayasan Riak Bumi, Asosiasi Periau Danau Sentarum serta petani dan kelompok petani/Periau yang ada. (laporan Eko Darmawan Koordinator FFI-IP Kapuas Hulu)
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

http://picasion.com/i/1USKG/
 
Support : Bang Eceng | Template | @Adhittia_Egha
Copyright © 2013. Suara Uncak Kapuas - All Rights Reserved
Dirancang Oleh Adhittia Egha Atau Bang Eceng