Headlines News :
http://picasion.com/i/1URpX/
http://picasion.com/i/1UScV/
Home » , » Berwisata Ke Kapuas Hulu

Berwisata Ke Kapuas Hulu

On Thursday, January 10, 2013 | 4:17 PM



PUTUSSIBAU – Nyali Peter Repinski sebetulnya menciut tiba-tiba. Pria berkebangsaan Swedia ini sama sekali tak menyangka harus menumpang pesawat terbang jenis Casa seri 200. Pesawat perintis yang memekakkan telinga penumpangnya akan membawa Peter menuju Putussibau, ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu dari Pontianak, ibu kota Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar). ”Jujur saja sebetulnya saya takut (menjalaninya) tapi di sisi lain saya merasa exciting,” ujar lelaki ramah yang berkerja di United Nations Environment Program (UNEP). Sambil geleng-geleng kepala, Peter mengaku sama sekali tak membayangkan datang ke sebuah kota di Indonesia dengan cara seperti itu. Terbang pada ketinggian 8.000 kaki – sedikit saja di atas gumpalan awan putih – dengan pesawat Casa seri 200 milik Dirgantara Air Service (DAS) adalah pengalaman pertama Peter. Dibaluti ketakutan, ketakjuban Peter muncul saat sepasang matanya bebas mengamati kondisi hutan Borneo dari angkasa. Kepalanya kembali bergeleng geleng sedih, ”Ternyata, banyak kawasan hutan yang sudah hancur.” Pengalaman itu membuat Peter terhenyak. Lalu cerita selanjutnya mengalir lancar di hadapan puluhan peserta lokakarya internasional ”Kabupaten Kapuas Huu Menuju Kabupaten Konservasi” 26 – 30 April lalu. Terbersit dalam pikirannya, kenapa tak menggerakkan konsep ekowisata di Kapuas Hulu, terutama pada dua kawasan konservasi: Taman Nasional Betung Kerihun (TNBK) dan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS). Menurut Peter peluang pariwisata Kapuas Hulu ke arah ekowisata terbuka lebar. Hanya saja, daerah ini harus mampu meresponsnya dengan kesiapan sarana dan prasarana pendukung. Salah satu modal penting ini harus dikantungi dahulu sebelum menyatakan siap menerima kunjungan. ”Saya optimistis ekowisata dapat dikembangkan di sini.” Dukungan serupa datang dari Roby Ardiwidjaja, peneliti dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia. Menurutnya, Kapuas Hulu sangat realistis untuk menerapkan pariwisata berkelanjutan dengan pendekatan konsep ekowisata (ecotourism). Terlebih kabupaten ini telah mendeklarasikan sebagai kabupaten konservasi. Pariwisata model seperti ini merupakan pengembangan yang didasarkan pada kriteria keberlanjutan. Secara ekologis program ini harus dikelola dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan aspek ekonomi, etika dan sosial masyarakat. Lebih jauh Roby mengingatkan, untuk mengembangkan ekowisata pemda harus memperhatikan beberapa aspek. Misalnya, aspek keamanan, pembinaan dari lembaga terkait, kebersihan dan lainnya. Ini tak boleh ditinggalkan jika semuanya ingin berjalan sesuai konsep di atas kertas. (Baca juga Bahasan– red). Empat Strategi A.J. Lintungan Pandji – Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kapuas Hulu, setuju dengan usul dari kedua peserta lolakarya yang digelar di Biara Deo Soli, Putussibau. Pihaknya sudah menyimpan empat strategi pengembangan ekowisata di daerahnya. Secara garis besar, strategi itu melakukan sejumlah pembenahan di berbagai sektor. Di sela perjalanan ke rumah panjang khas Dayak (kerap disebut rumah betang) di dusun Sungai Ulu’ Palin, desa Nanga Nyabau, Kecamatan Embaloh Hilir, Lintungan mengeluhkan keterbatasan promos atas objek-objek wisata di daerahnya. Sumber pendanaan domestik yang terbatas menjadi kendala berikutnya. Padahal, rumah panjang ini merupakan rumah betang tertua, terpanjang dan tertinggi di Kalimantan. Bentuk arsitekturnya unik, dengan tata ruang dan cara serta bahan pembuatan yang menarik untuk dikaji. Dilihat dari sisi itu, rumah betang Ulu’ Palin punya ”nilai jual” yang cukup tinggi dibanding rumah betang lainnya yang ada di Kabupaten Kapuas Hulu. Sejarah panjang tentang perjalanan masyarakat Dayak Tamambaloh seolah melekat pada wujud fi sik ketuaannya. Terlebih diperkuat dengan bukti fisik peninggalan budaya yang juga terdapat di dalamnya: pakaian adat, tombak dan sumpit, porselin dan guci antik, meriam peninggalan bangsa Portugis, alat musik tradisional. Lintungan juga sudah mencatat sejumlah peluang ke arah ekowisata. Ambil contoh, kemajuan teknologi, kepedulian masyarakat internasional untuk melindungi sumber daya alami, komitmen tinggi dari pemerintah daerah untuk mengembangkan pariwisata, adanya ornop yang menggelar kegiatan konservasi di sekitar kawasan lindung dan lainnya. Sebetulnya, konsep ekowisata di TNBK – salah satu objek wisata di Kapuas Hulu – sudah didengungkan Taufi k Rahzen (Masyarakat Ekoturisme Indonesia) dan Herwasono Soedjito (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) pada 1998. Konsep kedua peniliti itu juga sudah tertuang lengkap dalam Rencana Pengelolaan Taman Nasional Betung Kerihun 2000 – 2024. Sejumlah potensi dan lokasi wisata pun dipaparkan di situ. Nah, modal sudah dikantungi, peluang terbuka lebar lalu pekerjaan berikut menyiapkan fondasi dan menjawab tantangan yang ada. Dari situ, keluarlah ajakan: Mari Berekowisata ke Kapuas Hulu.

Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

http://picasion.com/i/1USKG/
 
Support : Bang Eceng | Template | @Adhittia_Egha
Copyright © 2013. Suara Uncak Kapuas - All Rights Reserved
Dirancang Oleh Adhittia Egha Atau Bang Eceng