 |
Baco Meiwa SE |
Perkembangan media yang semakin pesat di era
globalisasi memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positif media
adalah memberikan akses komunikasi dan informasi yang seluas-luasnya
kepada masyarakat serta menyatukan masyarakat lewat jejaring sosial.
Sedangkan dampak negatifnya yakni dapat merusak moral masyarakat, terutama
lewat cybercrime akibat tak terbatasnya akses serta mendorong
masyarakat untuk hidup konsumtif dan hedonis. Namun, hingga kini masyarakat
menganggap media lebih banyak memberikan dampak negatif dibandingkan dampak
positif. Sehingga media tidak memberikan nilai penting dalam kehidupan
sosial.
Besarnya
pengaruh media tak lepas dari peran sarana penyampaian media. Menurut para
pakar media dikemukakan, sedikitnya 75 persen masyarakat modern menikmati
media melalui sarana televisi, 10 persen dari internet, 10 persen dari media
cetak, dan sisanya 5 persen dari lembaga pendidikan baik formal maupun
informal.
Namun,
peran media bagi masyarakat modern dewasa ini dianggap tidak mewakili
nilai-nilai penting yang berlaku dalam kehidupan sosial dan budaya. Hal itu
dibuktikan dengan masyarakat modern sebagai konsumen utama media lebih
memanfaatkan media massa. Internet misalnya, sebagai sarana untuk
mengabdikan diri kepada modernisasi, eksistensi, dan konsumerisme. Hal itu
jelas tidak akan memberikan makna bagi kehidupan manusia itu sendiri.
“Seharusnya
masuknya media ke dalam kehidupan masyarakat tidak boleh melupakan
nilai-nilai penting seperti agama, sosial, dan budaya. Karena itu, media
diharapkan dapat menghidupkan nilai positif dan membuang nilai-negatif,”
ungkap Prof Radhi al-Mabuk (University of Northern
Iowa).
Senada
dengan Prof Radhi al-Mabuk, Jon Paul Ph.D (The
Lutheran Theological Seminary at Philadelphia) mengatakan, hilangnya nilai-nilai penting media dalam
masyarakat disebabkan karena kurang terkendalinya manusia dalam
menikmati media. Akibatnya media dianggap lebih banyak memberikan dampak
negatif dan melupakan sisi positif.
“Media
yang dikuasai oleh kapitalis pada umumnya lebih berorientasi pada nilai pasar
untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, sehingga jelas terlihat
media sudah menggeser kedudukan kehidupan tradisional menjadi modern serta
melupakan nilai-nilai etis dan religius,” katanya.
Jon
Paul melanjutkan, tak jarang media menimbulkan kemerosotan moral pada
masyarakat yang ditandai dengan maraknya pornografi dan cybercrime.
Karena itu, untuk mengembalikan nilai-nilai media dapat dilakukan dengan
berbagai upaya di antaranya mengembangkan media melalui pendekatan religius,
kekeluargaan, kehidupan masyarakat di mana mengembangkan media dengan prinsip
moralitas dan kebaikan, pendekatan pendidikan di sekolah serta pendekatan
lewat dialog keagamaan.
Karenanya
kami menghadirkan media Suara Uncak Kapuas (SUKA) ini agar dapat menjadi
katalisator pembangunan, memberikan informasi yang berimbang, memberikan
pendidikan dan pengetahuan kehidupan yang bermanfaat, serta menjadi
“inspirasi baru” bagi seluruh masyarakat di kabupaten Kapuas hulu khususnya
dan kal-bar pd umumnya. Nikmati edisi perdana kami, mari kita kenalkan Kapuas
hulu yang eksotis ke pentas dunia.
|
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !