Sebuah harapan baru
hadir di tengah-tengah masyarakat Kecamatan Empanang dan Kecamatan Puring
Kencana. Adalah PNPM Mandiri Integritas membawa angin segar meningkatkan Sosial
Ekonomi Masyarakat Perbatasan Indonesia
dengan Malaysia ini. Berikut catatan Stefanus, S.Sos, koresponden SUKA wilayah
utara Kapuas Hulu
Stefanus, S.Sos |
Pada bulan Desember 2012
saya melakukan perjalanan ke wilayah perbatasan Negara di Kabupaten
Kapuas Hulu. Daerah yang di tuju adalah Kecamatan Empanang dan Kecamatan Puring
Kencana. Dua wilayah ini berada di garis batas antara Indonesia dengan
Malaysia.
Dengan Menggunakan
sepeda motor saya bertolak
dari Martinus. Perjalanan yang harus
saya tempuh cukup jauh. Dari Putussibau sebagai ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu,
harus ditempuh jarak sepanjang 223 Km ke Nanga Kantuk Ibu Kota Kecamatan
Empanang. Sedangkan ke Sungai Antu ibu kota Kecamatan Puring Kencana, mesti di tempuh jarak 279 Km
dari Kota Putussibau.
Nanga Kantuk Kecamatan Empanang menjadi daerah pertama
yang di singgahi baru kemudian Sungai Antu kecamatan Puring Kencana. Ada tiga
kecamatan yang di lewati sebelum sampai ke Nanga Kantuk maupun Sungai Antuk.
Saya harus melintasi Kecamatan Embaloh Hulu, kemudian Kecamatan Batang Lupar
dan juga melewati Kecamatan Badau. Perjalanan yang terasa istimewa ketika
beranjak dari Badau menuju ke Nanga Kantuk hingga ke Sungai Antuk. Hamparan
pohon sawit sepanjang jalan menjadi pandangan mata. Maklum, daerah ini telah
menjadi lahan investor membuka perkebunan sawit.
Hijaunya hamparan sawit itu ternyata berbanding terbalik
dengan kondisi masyarakat di dua kecamatan yang mayoritas penduduknya suku
Dayak Iban dan Kantuk ini. Sudah jauh dari pusat kota, wilayah ini juga jauh
dari sentuhan pembangunan. Baik pembangunan secara fisik maupun non fisik. Bila
kita masuk ke dalam pemukiman penduduk , maka sangat menyedihkan dimana masih
banyak yang tidak mempunyai Gedung Sekolah Dasar. anak-anak pergi kesekolah
dengan berjalan kaki berkilo-kilo meter. Belum ada sarana kesehatan seperti
Polindes dan Posyandu.
“Penerangan bagi masyarakat juga belum ada serta sarana
air bersih. Padahal potensi pegunungan sangat banyak, akan tetapi masyarakat
tidak berdaya dalam memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh pembangunan,” ungkap
J. Derani, tokoh masyarakat Nanga Kantuk.
jalan ke Empanang dan Puring Kencana |
Sungai Antu merupakan ibukota Kecamatan Puring Kencana
juga minim fasilitas. Kondisi jalan masih memprihatinkan. Baik yang menghubungkan
antara Sungai Antu maupun jalan menuju desa-desa sekitar. Jaringan listrik juga
belum ada di Sungai Antu sebagai pusat pemerintahan. Apalagi di desa-desa
sekitar tak jauh berbeda.
“Padahal daerah ini sudah masuk investor perkebunan
sawit. Akan tetapi bukanlah kesejahteraan yang di peroleh masyarakat seperti
janji-janji perusahaan. Justru hak atas tanah hilang dan semakin membuat
masyarakat terhimpit,” ungkap Petrus Jiki Tokoh Masyarakat Sungai Antu.
Kesulitan air bersih juga dialami wargga dibeberapa dusun Kecamatan Empanang. Debit air yang
mengalir dari sungai Kantuk dan Empanang serta anak-anak sungainya telah mulai
berkurang dan tercemar. menyebabkan kurangnya kebutuhan air untuk sawah ladang
dan kebutuhan masyarakat sehari-hari.
“Jadi sulit dapatkan air bersih,” ungkap J. Derani.
Persoalan ketertinggalan masyarakat dari berbagai lini,
sedikit terobati dengan kehadiran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan-Integrasi. Program ini mulai
diperkenalkan sejak bulan Juli tahun 2012 melalui MAD Sosialisasi dengan memilih pelaku tingkat
Kecamatan yaitu : UPKS, PL dan BKAD. Kemudian dilanjutkan dengan MD Sosialisasi
yang memilih para pelaku di tingkat desa yaitu KPMD ( Laki-Laki dan Perempuan).
Tujuannya adalah untuk membantu mengorganisasikan masyarakat, dengan cara
menggagas masa depan desa.
Antonius Sau, PjOk Kecamatan Empanang mengatakan, pada
Program PNPM-Mandiri Perdesaan - Integrasi, maka usulan masyarakat mesti
berasal dari masyarakat itu sendiri dengan melihat akar permasalahan dan
potensi yang ada Sesuai dengan kebutuhan mendesak dan bisa dikerjakan oleh
masyarakat. Hingga bisa meningkatkan ekonominya, harapannya sedikit mengurangi
ketertinggalan.
“Akan tetapi PNPM-Integrasi ini merupakan program baru
bagi masyarakat, maka perlu pendampingan yang kontinyu di dalam memberikan
pemahaman. Karena mereka menganggap bahwa program ini nantinya akan memulai
program dengan pembangunan,” ungkap Antonius Sau.
Untuk meningkatkan pembangunan parstisipatip di dalam
pengintegrasian, maka tidak ada pembangunan tanpa adanya dokumen RPJMDes dan
RKPDes. Sehingga para pelaku di desa terlebih dahulu menggagas masa depan desa
melalui tahapan musyawarah dusun. Sehingga usulan yang akan di masukan ke dalam
dokumen RPJMDes betul-betul usulan kebutuhan masyarakat saat ini. Dalam
pengintegrasian tersebut maka usulan tidak hanya ditujukan kepada PNPM
Integrasi akan tetapi ke berbagai sektor seperti APBD,APBN dan pihak ketiga.
Akan tetapi di dalam penyusunan dokumen RPJMDes dan
RKPDes tidaklah mudah. Bagi 11 tim penyusun termasuk di dalamnya KPMD dan
aparat Desa walau mereka sudah dilatih selama dua hari pada tanggal 10-11
September 2012. Peran fasilitator adalah membimbing dan mengarahkan termasuk
mentraining penggunaan Komputer. Sehingga mereka bisa dan mampu sendiri di dalam
menuangkan ide dan pikiran.
“Inilah titik
sentral dari integrasi dengan melibatkan peran aktip masyarakat di dalam
menyusun program kebutuhan dari masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Alexander Apo, PjOk Kecamatan Puring
Kencana mengatakan, tidaklah mudah dalam
mendampingi masyarakat yang sudah terlanjur kurang percaya dengan pihak luar,
karena memang selama ini mereka sangat jarang mendapat sentuhan pembangunan.
Masyarakat awalnya lebih percaya kepada pihak perusahaan dengan bekerja sebagai
kuli di perkebunan sawit yang ada di wilayah itu.
“Namun apala daya karena mereka hanya sekolah di sekolah
Dasar. Dan kini tidak lagi diperlukan. Karena pihak perusahaan lebih memerlukan
skill. Untuk mengembalikan keyakinan mereka mesti dilakukan dengan secara
perlahan-lahan namun pasti melalui pendampingan,” terang Apo.
Pada awalnya ditambahkan Apo, image masyarakat bahwa
mereka akan di bangun dengan banyak dana dari program. Mereka akan mendapatkan
air bersih, listrik desa, sarana kesehatan, sarana pendidikan dan lain
sebagainya. Karenanya masyarakat sangat antusias di dalam menulis usulan-usulan
yang di masukan ke dalam dokumen MMDD yang akhirnya di masukan ke dalam dokumen
RPJMDes dan RKPDes.
Disinilah fungsi Fasilitator memberikan penjelasan dan
pemahaman terhadap masyarakat, karena program hanya sedikit saja meringankan
beban masyarakat untuk mengejar ketertinggalan.
“Dengan adanya dokumen RPJMDes dan RKPDes masyarakat bisa
merencanakan pembangunan di desanya yang diketahui oleh pihak Pemerintah dan
lembaga lainnya untuk turut serta membantu meringankan ketertinggalan
masyarakat,” tutup Apo.
Melihat realita demikian, saya berharap kehadiran
PNPM-Integrasi pada masyarakat perbatasan yang jarang tersentuh oleh
pembangunan dapat merubah pola pikir serta dapat meningkatkan tarap hidup
masyarakat. Karena yang dapat mengubah pola hidupnya adalah masyarakat itu
sendiri. Sementara orang luar hanya membina dan mentransfer pengetahuan saja
kepada masyarakat. SEMOGA.*
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !