Seorang pengamat perkembangan Mesir belakangan ini sempat
berujar, bahwa Mursi selaku Presiden terpilih secara demokratis oleh rakyat
Mesir telah mengawali kerja kepemimpinannya dengan sangat menakjubkan.
Program-program yang digulirkan Presiden lulusan Amerika yang hafal Al Qur’an
itu dianggap sangat unik. Pasalnya, terobosan-terobosan yang dilakukannya di
tengah gejolak kalangan oposisi liberal dan tekanan dunia barat itu tidak hanya
sangat rasional bagi kalangan akademisi dan pengamat, namun juga sangat
dirasakan manfaatnya oleh rakyat bawah. Dan yang semakin mengagumkan, semua
kebijakan itu tidak hanya tertulis dalam kertas-kertas program, tetapi juga
direalisasikan dengan baik.
Misalnya saja, usaha pemberdayaan warga Mesir yang berada
di beberapa negara. Sebuah agenda pembangunan yang sangat rasional dan
sederhana, yaitu menyertakan warga Mesir di luar negeri dalam membangun
negerinya melalui sumbangan dan tabungan ke bank-bank Mesir. Hasilnya
mencengangkan, devisa yang masuk ke Mesir tahun 2012 mampu meningkat hingga
40%. Selain itu, kebijakan ini juga mampu melemahkan usaha kaum oposisi liberal
yang ingin melumpuhkan ekonomi Mesir dengan menarik uang-uang mereka dari bank.
Sebagaimana yang disinyalir oleh operator PPATK, Khalid Umar, pada penghujung
2012 lalu, “Ada migrasi transaksi penarikan uang yang tidak lazim.”
Program pembangunan lainnya yang cukup dirasa fenomenal
adalah Instruksi Presiden Mursi untuk menggali Kanal Suez di dekat Port Sa’id
untuk menjadikannya sebagai pelabuhan internasional terbesar sekaligus menjadi
zona perdagangan internasional. Pelabuhan yang dirancang memiliki panjang 9
kilometer, lebar 250 meter, dan kedalaman 18,5 meter ini diperkirakan akan
membutuhkan biaya sebesar 6,2 milyar pound Mesir atau sekitar 9.3 Triliun
Rupiah.
Namun selain program pembangunan jangka panjang itu, Mursi
juga memerhatikan pelayanan-pelayanan jangka pendek bagi seluruh rakyat Mesir.
Seperti masalah gas elpiji seorang warga biasa yang hanya seharga 50 pound Mesir
atau 75 ribu rupiah yang sangat mendapatkan perhatian dari kantor kepresidenan,
sebagaimana yang diakui oleh Radhwa Shalah. “Dalam keadaan lelah sepulang dari
tempat kursus, HP saya berbunyi. Saya lihat, ada panggilan dari nomor yang
terasa asing. Saya pun menjawabnya. Kalian tahu siapa yang menelponku? Dia
adalah pegawai dari Setneg Kepresidenan. Di ujung telepon, ia berbicara serius.
Dia menyebutkan nama lengkap dengan namaku, ayahku, kakek, dan nama ayah
kakekku.”
"Saya Ahmad, dari bagian Pengaduan (Diwan Mazhalim)
Kantor Kepresidenan. Anda yang dua bulan lalu mengadukan masalah gas elpiji
melalui telpon bukan? Bagaimana, masalahnya sudah ada yang menyelesaikan
belum?" Radhwa Shalah menirukan suara si penelepon itu. Sebelum menutup
teleponnya, staff kepresidenan itu mengatakan, "Jika ada masalah lagi,
jangan sungkan menelpon kami ya.”
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !