Pernikahan merupakan momen istimewa yang tak mungkin
terlupakan sepanjang hidup bagi setiap pasangan. Peristiwa istimewa ini tentu
tak bisa diputar lagi di masa mendatang.
Momen penting itu hanya bisa teringat kembali dengan
melihat fotonya yang bisa menjadi kenangan seumur hidup. Menyewa jasa foto
profesional tentu menjadi pilihan para pasangan untuk mendokumentasikan
pernikahan mereka.
Tak heran, bisnis foto pernikahan kini menjamur di pelbagai
daerah. Para pemain bisnis ini kebanyakan pemilik foto studio yang juga
menyediakan layanan lain, seperti foto ulang tahun, foto produk dan foto
close-up.
Di tengah ketatnya persaingan, mereka berlomba-lomba
menawarkan sesuatu yang baru, unik, kreatif, serta inovatif. Dan, salah satu
penyedia jasa foto pernikahan adalah Mishbahul Munir (30), pemilik Photography
Studio yang bermarkas di Jalan Tentara Pelajar, Yogyakarta.
Menurut pria yang akrab disapa Misbah ini, maju mundurnya
bisnis fotografi pernikahan tak lepas dan keunikan dan konsep foto yang
ditawarkan kepada para klien.
"Setiap fotografer punya ciri khas masing-masing, dan
itu yang membedakan dengan fotografer lainnya," ujar dia.
Di bisnis foto pernikahan, Misbah menyediakan jasa, mulai
foto pre-wedding hingga wedding. Untuk jasa foto pre-wedding, misalnya, ia
menawarkan konsep natural. Dalam konsep ini, dia mengandalkan keaslian gambar
tanpa melebih-lebihkannya.
Selain gambar yang alami, Misbah juga fokus pada
ketajaman foto sehingga layak dijadikan koleksi dalam waktu yang cukup lama.
"Dalam menjalankan bisnis ini, kami memaksimalkan
gambar yang berbicara ketimbang huruf," katanya, yang sudah menekuni
bisnis jasa foto pernikahan sejak September 2010.
Untuk foto pre-wedding, Misbah menawarkan sejumlah tempat
yang bagus di Yogyakarta sebagai background atau latar belakang.
Tempat-tempat itu, contohnya, Candi Prambanan, Jalan
Malioboro, Monumen Tugu, Taman Sari Keraton Yogyakarta, dan Pantai
Parangtritis.
Berkat usahanya ini, Misbah sudah mendapatkan order dari
pelbagai daerah, seperti Jakarta, Jawa Barat, dan Kalimantan. Bahkan, ia pernah
mendapat pesanan memotret pre-wedding dari luar negeri, semisal Malaysia dan
Australia.
Sebaliknya, tidak banyak orang Jogja yang meminta jasa foto
pre-wedding dari Misbah. Untuk setiap kali pemotretan mulai pre-wedding,
pernikahan, dan dokumentasi, Misbah memungut bayaran mulai Rp 3 juta hingga Rp
10 juta.
"Semakin banyak foto yang dicetak dan make-up yang
digunakan, maka biaya juga semakin tinggi," ungkapnya.
Dalam sebulan, Misbah bisa mendapat order rata-rata empat
sampai sepuluh kali pemotretan pre-wedding dan weeding. Dari bisnis ini, dia
bisa meraup omzet rata-rata Rp 50 juta hingga Rp 70 juta sebulan.
Jika sedang memasuki musim kawin, omzetnya bisa lebih
tinggi lagi. Ia bilang, laba bersih dari usaha ini mencapai 50% dari omzet.
Misbah bersama timnya terus melakukan inovasi untuk
mendapatkan konsep pre-wedding yang unik dan menarik sesuai dengan selera
masyarakat zaman sekarang. Sebab, menurutnya, tanpa ciri khas dan keunikan, bisnis
fotografi tidak berkembang, bahkan bisa mati.
Pemain lain di bisnis ini adalah Ricky Zulfikar yang
mengusung brand Zulfikar Photography di daerah Cikupa, Tangerang, Banten. Sama
halnya dengan Misbah, ia juga menawarkan sesuatu yang baru, unik, kreatif, dan
pastinya inovatif.
Salah satu konsep yang Zulfikar tawarkan adalah video
shooting pernikahan mirip liputan acara infotainment di televisi. Layaknya
selebritis, pasangan pengantin, keluarga, kerabat, dan sahabat diwawancara
seperti di acara-acara infotainment.
"Cuma sekarang, banyak juga pemain yang mengusung
konsep ini," katanya. Sebagai pembeda, Zulfikar kini fokus pada konsep
rekayasa foto. Misalnya, dia ganti background foto dengan suasana pantai, atau
hanya mengambil wajah pasangan pengantin kemudian diganti dengan model
lain yang menarik.
Menurut Zulfikar, menekuni bisnis fotografi harus rajin
berinovasi dan berkreasi secara terus menerus. Karena itu, perlu keterampilan
khusus. Tapi, syarat utamanya adalah harus memiliki pengalaman di
fotografi serta editing foto.
Pengetahuan di bidang fotografi, misalnya, menyangkut
pengaturan pencahayaan, seperti diafragma dan lighting. Sementara, keterampilan
editing harus menguasai program komputer semisal Photoshop.
Zulfikar sendiri lebih banyak belajar secara autodidak soal
teknik pemotretan dan editing foto. "Kebetulan dulu lama bekerja di studio
foto," ujarnya. Anda tertarik terjun bisnis jasa foto pernikahan? (ktn)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !