Headlines News :
http://picasion.com/i/1URpX/
http://picasion.com/i/1UScV/
Home » , » Sapi IB Lebih Berkualitas

Sapi IB Lebih Berkualitas

On Tuesday, March 26, 2013 | 12:58 AM


Sapi IB Lebih Berkualitas
Rinjak, warga Desa Sungai Uluk, Kecamatan Putussibau Selatan terlihat sumringah di suatu pagi awal Juni tahun lalu. Pasalnya, hari itu ia memperoleh uang sebesar 20 juta dari penjualan sapi hasil kawin suntik miliknya. Harga itu adalah harga sapi termahal yang pernah terjual di Kabupaten Kapuas Hulu. Padahal, usia sapi betina yang di beri nama Limbal itu baru berumur 1,3 tahun.
“Sebenarnya agak berat ketika menjualnya. Karena sapi itu berjenis kelamin betina. Sempat saya canangkan menjadi indukan. Tapi ya sudah lah,” kenang Rinjak ketika itu.
Rinjak mengaku mengenal kawin suntik sapi dari petugas Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Peternakan Kapuas Hulu. Petugas yang sering datang saat dimintanya memeriksa sapi lokal lain miliknya memperkenalkan kawin suntik atau IB (Inseminasi Buatan) untuk pengembangbiakan sapi. Tertarik, ia pun mempersiapkan satu indukkan untuk menjadi calon akseptor IB. Petugas lalu melakukan proses IB.
“Selama proses IB, petugas terus mendampingi.  Mulai dari proses penyuntikkan, pemantauan kehamilan, melahirkan hingga proses pembesaran. Selama proses itu berlangsung, petugas selalu siap mendampingi. Dipanggil malam hari pun petugas selalu datang,” kata Rinjak.
Rinjak juga mengutarakan, setelah sapi melahirkan, pada saat pemeliharaan tidak ada kendala yang berarti. Sapi hasil IB berkembang dengan baik bahkan lebih cepat di bandingkan sapi lokal lain miliknya. Namun diakui Rinjak, sapi hasil IB pola makannya lebih kuat di banding sapi lokal.
“Makannya lebih banyak. Tak mengherankan baru usia satu tahun lebih ukuran sapi IB menyamai bahkan lebih dari sapi lokal berusia dua hingga tiga tahun,” katanya.
Atas keberhasilan itu, Rinjak memiliki optimisme mengembangkan sapi melalui IB. Selain lebih mudah dalam proses reproduksi, hasil  yang di peroleh juga lebih maksimal. Nilai ekonomis yang di dapat melebihi ekspektasi sebelumnya.
“Saya merasa puas dan senang sehingga ini menjadi motivasi saya melanjutkan pengembangbiakan sapi melalui pola IB,” ujar Rinjak.
Lain cerita Rinjak, lain pula cerita Edi Suhardi peternak sapi lainnya yang juga Ketua Kelompok Peternak Sapi Kedamin Kreatif. Saat ini Edi memiliki dua ekor sapi betina hasil dari program IB. Usia sapi hasil IB itu yang satunya baru 2 bulan dan yang lain sudah 2,5 bulan.
“Ada yang datang dan menawar hendak membeli salah satu sapi basil IB itu ketika umur nya baru 1 bulan. Pembeli berani mengambil dengan harga Rp 5 juta. Saya tak mau melepas karena akan di jadikan indukkan kelak,” kata Edi.
Edi mengaku mengenal kawin suntik atau IB dari tahun 2008. Sedangkan ia bergelut dengan ternak sapi sudah dari tahun 2007 atau setahun sebelumnya. Akan tetapi ia baru melakukan IB pada indukan sapi miliknya di tahun 2011. Ada 3 ekor indukan yang di IB namun hanya 2 yang berhasil. Sedangkan satu indukan meski sudah di suntik hingga 6 kali tak juga membuahkan hasil.
“Indukkannya kurang baik sehingga tak bisa bereproduksi,” ujarnya.
Dua induk sapi yang berhasil di IB dipaparkan Edi hanya satu kali penyuntikkan dan langsung bunting. Selama masa kehamilan hingga melahirkan, petugas selalu memberikan arahan dan pendampingan. Ketika melahirkan pun petugas selalu berada di peternakan miliknya. Sehingga dua induk sapi yang hamil anak sapi hasil IB itu bisa melahirkan dengan baik.
“Dukungan dari petugas dan dinas teknis sangat membantu kita peternak,” kata Edi.
Edi mengaku tidak ada kendala dalam memelihara sapi hasil IB bahkan cenderung lebih mudah dalam hal pakan. Hanya yang membedakan dengan sapi lokal dipaparkan Edi sapi IB lebih kuat makan. Perbandingannya jika sapi lokal makan satu karung rumput, maka sapi IB bisa dua karung hingga lebih. Namun konsumsi pakan sapi IB itu berbanding lurus dengan perkembangannya. Sapi IB lebih cepat besar di bandingkan sapi lokal yang ada.
“Jika di jual sapi IB lebih tinggi harganya. Jadi secara ekonomis nilai tambahnya besar,” tandas Edi.

IB Jadi Program Unggulan

Inseminasi Buatan atau IB pada ternak sapi menjadi program unggulan Bidang Peternakan pada Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kapuas Hulu. Hal itu dibenarkan Jasmin, Kasi Bina Produksi dan Usaha Peternakan.
“IB ini kita jadikan unggulan meningkatkan produksi sapi di Kapuas Hulu. Program ini juga menjadi solusi keterbatasan sapi pejantan,” kata Jasmin.
Dipaparkan Jasmin, IB baru di kenalkan pihaknya ke petani peternak dari tahun 2006. Ketika itu baru pada tahapan sosialisasi dan mencari sapi betina yang siap untuk di lakukan IB. Proses pencarian akseptor atau sapi induk yang siap di IB baru diperoleh pada tahun 2007. Pun inseminasi dilakukan masih menggunakan sperma sapi lokal jenis bali dan indukkan sapi yang sama. Dari 7 ekor sapi yang di suntik, 5 berhasil hamil dan 2 gagal.
“Baru di tahun 2009 melalui provinsi kita di kenalkan sperma sapi unggul jenis Limosin. Hasilnya sudah ada yang sukses bahkan terjual dengan harga yang cukup fantastis,” tambah Jasmin.
Diakui Jasmin, melalui IB cukup membantu mengatasi kelangkaan pejantan. Selain itu dengan IB ada kemudahan mendapatkan bibit unggul. Sehingga kualitas sapi yang di hasilkan pun meningkat lebih baik. Dampak yang dirasakan petani adalah secara ekonomis sapi hasil IB harganya tinggi. Dengan demikian petani bisa mendapatkan pendapatan yang lebih besar dari beternak sapi.
“Bahkan jika dihitung skala investasi sebenarnya menjanjikan. Andai saja Kapuas Hulu satu tahun bisa memproduksi dan menjual 200 ekor sapi IB dengan harga rata-rata Rp 8 juta per ekor. Maka satu tahun ada Rp 1,6 milyar uang yang diperoleh dari program IB ini,” papar Jasmin.
Sebab itu, dalam program IB pihaknya telah mengambil sejumlah langkah terkait kesiapan sumber daya manusia, peralatan dan bibit untuk memberikan pelayanan kepada petani peternak. Untuk pelayanan saat ini pihaknya telah memiliki satuan pelayanan IB atau SP IB di lima lokasi. SP IB itu menaungi sejumlah kecamatan diantaranya Putussibau Utara, Putussibau Selatan, Kalis, Bika, Bunut Hulu, Boyan Tanjung dan Pengkadan. Masyarakat petani yang menginginkan induk sapi mereka di IB dapat menghubungi petugas SP IB yang tersedia. Atas permintaan petani peternak maka petugas melakukan pelayanan.
“Untuk bibit gratis. Hanya jasa petugas saja yang dibebankan kepada petani peternak. Untuk tahun ini kita alokasikan 300 straw bibit yang bersumber dari anggaran daerah serta sharing provinsi. Bibit didatangkan dari PPIB di Singosari, Malang, Provinsi Jawa Timur,” ujarnya.
Salah satu faktor penentu keberhasilan IB adalah petugas pelayanan. Dikatakan Jasmin, saat ini telah ada 5 petugas IB yang mengantongi izin atau sertifikat. Kemudian ada 2 petugas pemeriksa kebuntingan (PKB) dan 1 orang asisten teknik reproduksi atau ATR. Seluruh jenjang petugas yang ada ini memiliki peran penting dalam keberhasilan IB. Ketika ada calon akseptor, maka proses penyuntikan dilakukan oleh petugas IB. Begitu terjadi kehamilan maka petugas PKB yang melakukan pemantauan dan pemeriksaan. Dari kehamilan hingga proses melahirkan yang melakukan pemantauan dan pendampingan adalah petugas ATR.
“Kita akan berusaha menaikkan jenjang PKB yang ada ke ATR. Agar sumber daya manusia bidang IB ini lebih mantap lagi,” kata Jasmin.
Sementara itu, Darmawan, salah satu inseminator sebutan bagi petugas IB menjelaskan bahwa inseminasi buatan adalah teknik untuk memasukkan mani atau sperma yang telah dicairkan dan telah diproses terlebih dahulu yang berasal dari ternak jantan ke dalam saluran alat kelamin betina. Proses memasukkan sprema ini juga menggunakan metode khusus dan alat khusus pula.
“Sebagai petugas kita harus tahu seluruh rangkaian proses IB dengan baik. Jika tidak kemungkinan gagal juga cukup besar,” kata Darmawan.
IB sendiri dikatakan Darmawan memiliki tujuan memperbaiki mutu genetika ternak. Selain itu dalam proses perkawinan sangat praktis karena tak harus menghadirkan sapi pejantan untuk dikawinkan dengan sapi betina. Menggunakan IB diakui Darmawan sangat menguntungkan karena dapat menghindari kecelakaan ketika perkawinan secara tradisional.
“Meski banyak keuntungan, IB jika tak dilakukan dengan baik bisa membawa kerugian.  Apabila identifikasi birahi tidak tepat maka tidak akan terjadi terjadi kebuntingan.  Kemudian  akan terjadi kesulitan kelahiran apabila sperma yang digunakan berasal dari pejantan dengan turunan yang besar dibandingkan sapi betina keturunan kecil,” katanya.
Namun Darmawan mengakui di Kapuas Hulu sendiri sudah ada beberapa proses inseminasi yang membuahkan hasil. Bahkan petani peternak sudah ada yang merasakan langsung dampak dari program IB itu. Mendapatkan hasil yang lebih baik dari sapi lokal yang sudah lama menjadi unggulan masyarakat petani untuk di ternakkan.

Permintaan Sapi Cukup Besar

Muhammad Ali, salah satu pedagang daging sapi di pasar tradisional kota Putussibau mengakui jika permintaan akan daging sapi cukup besar. Nyaris tak pernah ada daging yang tersisa ketika dirinya menggelar dagangannya.
“Pasti habis laku terjual baik yang sudah di pesan pelanggan maupun yang di beli oleh masyarakat umum,” aku Ali.
Ditambahkan Ali, pelanggan yang membeli daging sapinya kebanyakan adalah pedagang bakso dan pemilik usaha rumah makan. Tidak jarang ketika dirinya berjualan, pelanggan dari pedagang bakso saja bisa menghabiskan 30 – 40 kg daging sapi. Ali mengaku tak tiap hari membuka lapak dagangannya. Dalam seminggu hanya tidak kali saja yaitu hari Selasa, Kamis dan hari Sabtu.
“Kita menyesuaikan waktu permintaan pelanggan,” ujarnya.
Permintaan daging itu dipaparkan Ali bisa meningkat pesat ketika ada moment hari keagamaan. Seperti ketika perayaan idul fitri dan idul adha. Pengalamannya pernah menjual hingga 300 kg daging dan memotong hingga 4 ekor sapi. Untuk mendapatkan sapi yang siap dipotong warga Kedamin yang menetap di Sibau Hulu ini berburu hingga ke daerah pedalaman. Meski demikian tidak sulit baginya untuk mendapatkan sapi. Karena populasi sapi masih cukup banyak di tingkat masyarakat.
“Prospeknya masih terbuka lebar. Kita di pasar ini ada 3 orang pedagang sekaligus pemotong. Hitung saja tiap minggu satu orang satu sapi. Jadi satu bulan bisa 12 ekor sapi yang di potong. Satu tahun 144 ekor sapi yang di potong,” tandas Ali.



Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

http://picasion.com/i/1USKG/
 
Support : Bang Eceng | Template | @Adhittia_Egha
Copyright © 2013. Suara Uncak Kapuas - All Rights Reserved
Dirancang Oleh Adhittia Egha Atau Bang Eceng