Gempa bumi susah ditebak kapan munculnya. Manusia
melalui ilmu pengetahuan hanya mengandalkan sistem peringatan dini. Tapi saat
ini, antisipasi gempa bisa dilihat dari aktivitas semut.
Peneliti asal Jerman, Gabriele Berberich, dari University of Duisburg-Essen,
menemukan perilaku semut secara signifikan berubah sebelum gempa berkekuatan
kecil 2 Skala Richter terjadi.
Dilansir Dailymail, Minggu 14 April 2013, Berberich menemukan semut kayu
merah lebih memilih membangun koloni mereka di sepanjang patahan aktif, tempat
di mana gempa terjadi di Jerman.
"Semut kayu Merah memiliki reseptor kimia untuk mendeteksi kadar karbon
dioksida dan reseptor magnet untuk mendeteksi medan elektromagnetik," kata
Berberich.
"Kami tidak yakin mengapa atau bagaimana mereka bereaksi terhadap
rangsangan yang memungkinkan, tapi kami berencana menuju ke daerah dengan tektonik
lebih aktif dan melihat apakah semut bereaksi terhadap gempa bumi yang lebih
besar," tambahnya.
Dalam studinya, Berberich bersama timnya telah menghitung 15 ribu gundukan
semut yang berada di sepanjang patahan aktif. Tim ini melacak semut selama tiga
tahun antara 2009 sampai 2012.
Dari penelitian itu, tim menemukan semut beraktivitas biasa pada siang hari,
dan kemudian pulang ke gundukan pada malam hari.
Tapi sebelum gempa bumi, semut itu akan tetap terjaga dan tetap berada di luar
gundukan pada malam hari. Konsekuensinya, semut bisa terancam makhluk predator.
Penelitian ini juga menunjukkan, semut hanya mengubah perilaku saat gempa itu
berkekuatan lebih 2 SR. Kekuatan gempa ini merupakan gempa bumi terkecil yang
dapat dirasakan manusia.
Berberich menambahkan, serangga mampu memprediksi gempa bumi dengan merasakan
perubahan emisi gas dan pergeseran medan magnet bumi.
Berberich mempresentasikan penelitiannya pada pertemuan tahunan European
Geosciences Union di Wina, Austria. (viv)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !