Suku Dayak Taman
Kapuas Hulu di Kalbar masih rutin menjalani ritual adat, salah satunya ritual
Mandung. Dulu, ritual ini dilakukan dengan cara menombak para budak. Sekarang,
ritual ini dilakukan menggunakan sapi.Â
Suku Dayak Taman
Melapi merupakan salah satu dari sekian ribu sub Suku Dayak yang tersebar di
seluruh Pulau Kalimantan. Meskipun pada umumnya memiliki kemiripan adat
istiadat, pada dasarnya pada setiap sub suku pasti memiliki keunikan yang
menjadi pembeda dengan sub suku lainnya.
Tak terkecuali pada
Dayak Taman Kapuas Hulu ini. Suku Dayak ini memiliki salah satu prosesi adat
yang telah berlangsung turun temurun sejak zaman nenek moyang hingga kini. Sub
Suku Dayak Kapuas Hulu memegang teguh tradisi adat istiadat dan budayanya.
Salah satu tradisi yang
masih dilaksanakan pada saat tertentu adalah tradisi Mandung. Pada masa silam,
tradisi ini merupakan suatu ritual adat yang dilaksanakan sebagai bentuk rasa
syukur dan terima kasih kepada roh-roh nenek moyang. Suku ini mempercayai kalau
roh-roh nenek moyang telah memberkati hasil panen, pada masa itu Suku Dayak
masih menganut kepercayaan kepada para roh-roh leluhur dan sang Pencipta Alam.
Biasanya yang
mengadakan acara ini adalah kaum bangsawan yang memiliki budak-budak. Pada saat
itu, budak-budak inilah yang akan dikorbankan atau ditombak. Namun, setelah
Suku Dayak Taman mengenal Tuhan, maka korban manusia diganti dengan hewan
seperti sapi atau kambing. Biasanya lebih sering mengorbankan sapi.
Prosesi adat biasanya
secara efektif berlangsung selama lima hari. Namun, memerlukan persiapan selama
bertahun-tahun. Tergantung kesiapan mental dan materi.
Kenapa demikian?
Karena beberapa keluarga yang sepakat untuk mengadakan hajatan ini harus
mempersiapkan biaya yang tidak sedikit. Mereka harus mengundang semua kampung
yang masuk di dalam sub Suku Taman ini. Itu artinya ada ribuan orang yang harus
diundang dan diberi makan dengan pelayanan terbaik.
Pelayanan terbaik
adalah keharusan dalam prosesi ini karena mungkin pelanggaran atau
ketidakpuasan dan ketersinggungan tamu bisa berujung pada sanksi moral. Mereka
berhak membalas kepada yang bersangkutan apabila suatu saat mereka ada pada
posisi sebagai tamu.
Meski demikian, pada
dasarnya masyarakat Dayak adalah masyarakat komunal yang biasa bergotong-royong
mengerjakan segala sesuatu. Sang empunya hajatan tidak perlu khawatir karena
semua keluarga yang tinggal di rumah panjang akan saling membantu, dalam
menjamu dan memberi makan tamu-tamu yang datang.
halo, ini tulisan saya..tolong kl mau copy paste minta ijin dulu sama yang empu ide
ReplyDeleteMaaf mbak! Udah saya edit Ya... Ampun mbak ya.. jangan marah please ;p
Delete