Headlines News :
http://picasion.com/i/1URpX/
http://picasion.com/i/1UScV/
Home » , , » Tebar Masalah Karena Tak Berfungsi

Tebar Masalah Karena Tak Berfungsi

On Thursday, March 7, 2013 | 3:49 AM




Tidak berfungsi maksimalnya sejumlah drainase di Kota Putussibau dan Kedamin telah menebar masalah di masyarakat. Bahkan ada di beberapa wilayah drainase ibarat ada dan tiada. Di katakan ada tapi tak berfungsi maksimal. Di katakan tiada namun secara fisik tampak. Hanya ukurannya yang jauh dari ideal. Selain itu, banyak drainase yang tak terkoneksi ke saluran pembuangannya. Dampak yang muncul adalah drainase kehilangan fungsi. Tak mampu menampung air terutama di musim hujan. Akibatnya meluber ke luar dan menggenangi jalan serta permukiman warga.
Pertengahan Desember tahun lalu bisa menjadi cerminan drainase tidak berfungsi maksimal. Suatu pagi ketika itu, beberapa titik ruas jalan Kota Putussibau terendam. Ironisnya, jalan itu adalah jalan utama kota, yaitu jalan Kom Yos Sudarso. Hujan lebat yang turun malam harinya menyebabkan air memenuhi drainase yang tak berfungsi baik itu. Jalanan pun menjadi korban terendam. Kondisi terparah di ruas jalan dari depan gedung Dinas Pertambangan dan Engeri, Depan Mini Market Tita hingga ke gedung Kantor Kementrian Agama Kabupaten Kapuas Hulu. setidaknya air menutupi jalan sekitar 50 meter. Tak tanggung, ketinggian air mencapai lutut orang dewasa. Kendaraan yang melintas harus berhati-hati. Terlebih pagi itu jam sibuk orang tua mengantar anak ke sekolah dan pegawai mulai berangkat ke kantor.
Jalan terendam ketika itu juga terjadi di seputaran APMS Gelora yang jaraknya sekitar 100 meter dari lokasi pertama terendam. Hanya saja ketinggian air di lokasi ini hanya sebetis orang dewasa. Namun, sejumlah rumah warga di sekitarnya menjadi korban. Pekarangan terendam hingga setinggi lutut orang dewasa. Salah satu adalah rumah H Ridwan yang rumahnya bersebelahan dengan AMPS Gelora.
Korban berikutnya adalah para guru dan siswa serta orang tua sekolah MIN Putussibau. Ketika itu, nyaris tak ada halaman sekolah yang luput dari genangan air. Seluruh halaman sekolah tertutup air bak sebuah danau. Luapan air dari drainase depan sekolah itu menyebabkan pekarangan sekolah terendam. Orang tua yang mengantarkan anak sekolah harus menerobos genangan air. Sebagian siswa harus melepaskan sepatu dan berjalan kaki melewati air. Begitupun dengan para guru yang hendak mengajar mesti rela menerjang air yang menggenangi setinggi betis orang dewasa.
Menjadi korban drainase tak berfungsi juga dialami sebagian masyarakat Kedamin. Terutama warga yang bermukim di jalan lintas selatan dari pertigaan bandara Pangsuma Putussibau ke arah Simpang Melapi. Warga harus merelakan pekarangan rumahnya terendam air. Mau tidak mau menerobos genangan air untuk bisa beraktivitas keluar rumah. Ketinggian air di wilayah ini bervariasi. Ada yang tingginya hingga sepaha orang dewasa. Tidak jarang air menggenagi halaman rumah warga lebih dari satu hari.
Awak SUKA melakukan penyelusuran atas kejadian itu. Di depan Mini Market Tita, air meluap ke jalan lantaran drainase yang ada kondisinya sangat memiriskan. Lebarnya tak lebih 20 cm dan dalamnya pun hanya sekitar 10 cm. Belum lagi tepat di depan mini market itu drainase sudah tertutup semen untuk area parkir. Tidak terlihat ada drainase yang memadai sebagai tempat penampungan sementara air hujan. Setali tiga uang di dekat APMS Gelora. Di beberapa titik justru tidak terlihat adanya drainase.
Kemudian di kompleks sekolah MIN Putussibau. Penyelusuran di lakukan terhadap drainase di depan sekolah itu. Yang terlihat, drainse banyak tertutup semak dan sampah. Ada penyempitan drainase karena pembangunan area berputar kendaraan di ruas jalan tersebut. Tampak ada gorong-gorong guna melarikan air. Akan tetapi ukuran gorong-gorong itu tidak terlalu besar. Awak SUKA juga melakukan penyelusuran terhadap drainase yang ada. Banyak drainase kondisinya memiriskan. Banyak sampah dan semak di dalam drainase. Seperti drainase di ruas jalan DI Panjaitan samping kantor Bupati Kapuas Hulu. Ukuran drainase cukup besar, hanya tertutup rumput dan sampah.
Di Kedamin, kondisi yang kurang lebih sama juga terjadi. Akibat pelebaran jalan lintas selatan yang di buat dua jalur, drainase kiri dan kanan jalan menyempit. Kondisi drainase yang tidak bersih juga menyebabkan air sulit mengalir dengan baik. Selain itu, gorong-gorong di pertigaan jalan menuju bandara Pangsuma Putussibau tidak bekerja sebagaimana mestinya.
Abang Amrullah, Ketua LSM Gempar meminta pemerintah kabupaten menjadikan persoalan drainase ini sebagai skala prioritas di tangani. Terutama yang berada di ruas jalan utama kota Putussibau.
“Tentu kita tidak mau Putussibau seperti Jakarta. Hujan sedikit terendam. Padahal kotanya kecil, masih mudah dalam penataan kotanya,” kata Abang.
Abang mengakui dirinya bukan orang yang ahli di bidang tata kota. Namun menurut Abang, harus dibangun drainase yang baik dan terkoneksi ke saluran pembuangan. Seperti di ruas jalan Kom Yos Sudarso. Drainase kiri dan kanan jalan harus dibangun terkoneksi satu dan lainnya. Kemudian di bangun saluran pembuangan menuju ke Sungai Nyamuk.
“Sungai nyamuk itu ada di tengah kota dan layak menjadi saluran pembaungan. Karena sungai ini bermuara ke sungai Kapuas. Alam sudah memberikan ruang, tinggal kita mau atau tidak menatanya,” tandas Abang. (ln13/HTr)
   
 Minta Drainase Di Perhatikan
Nurimah, Kepala Sekolah Madrasyah Ibdtidaiyah Negeri (MIN) Putussibau hanya bisa bersedih ketika hujan mengguyur kota Putussibau. Ia sudah membayangkan, jika hujan turun lebat, maka halaman sekolah yang ia pimpin dipastikan tergenang. Padahal, sekolah favorit itu berada di Jalan Kom Yos Sudarso, Putussibau yang merupakan jalan utama kota.
“Saya hanya bisa sedih kalau sudah hujan lebat turun. Halaman sekolah pasti tergenang. Kasihan melihat para siswa harus melepas sepatu dan menerobos genangan air,” kata Nurimah.

Nurimah kemudian menceritakan. Pernah halaman sekolahnya terendam hingga sebetis orang dewasa. Nyaris tak ada halaman yang tidak terendam. Karena halaman itu merupakan hamparan tanah merah, air yang menggenang pun ikut berwarna coklat kemerahan. Para orang tua yang mengantarkan anak harus menerobos genangan air. Siswa yang menggunakan sepeda terpaksa memarkirkan kendarannya di garasi yang juga turut tergenang. Melepas sepatu melintasi halaman sekolah yang terendam untuk bisa sampai ke kelas masing-masing.
“Kami para guru pun harus kerepotan mengawasi para siswa. Tahu sendiri anak-anak itu paling senang lihat air. Jadi benar-benar harus ekstra memantau,” tambahnya.
Kondisi itu terjadi dikatakan Nurimah akibat limparan air dari drainase depan sekolah. Karena tak mampu menampung debit air dan mengalirkannya dengan baik, air meluap merendam pekarangan sekolah. Dampaknya, selain para guru, siswa dan orang tua di buat repot. Sejumlah proses pembelajaran 499 siswa terganggu. Seperti pelajaran olah raga tidak bisa dilakukan. Begitu pun dengan senam pagi yang di gelar setiap hari Jumat. Tidak jarang, upacara pun tak bisa dilakukan. Beberapa kegiatan ekstrakurikuler diantaranya Pramuka tak dapat di laksanakan.
“Biasanya setelah terendam, halaman becek hingga beberapa hari. Bahkan kalau ada hujan bisa becek hingga berminggu-minggu,” katanya.
Atas persoalan itu, Nurimah berharap ada solusi dari pemerintah. Terutama membersihkan drainase di depan sekolah mereka yang tertutup sampah dan timbunan pasir. Sehingga ketika hujan turun, air dapat mengalir dengan baik ke tempat pembuangannya. Selain itu, Nurimah berharap ada dukungan untuk kegiatan penimbunan halaman sekolah. Langkah penimbunan itu dilakukan agar lebih tinggi dan tidak mudah terendam. Dari dana rutin sekolah pihaknya sudah menyisihkan anggaran pembelian tanah. Tapi tidak bisa menutupi seluruh halaman.
“Karena itu, kita berharap ada perhatian pemerintah membantu kita melaksanakan penimbunan halaman,” katanya.





Kondisi yang tak jauh berbeda juga terjadi di Kedamin. Beberapa wilayah daerah ini akan terendam air ketika hujan turun. Penyebabnya sama. Drainase yang ada di kiri dan kanan jalan tak berfungsi maksimal. Tak mampu menampung air hujan dan mengalirkannya ke lokasi pembuangan akhir. Terparah ada di kawasan pertigaan arah bandara Pangsuma menuju ke pertigaan Melapi dekat terminal bus Kedamin. Air hujan yang tak tertampung dalam drainase meluber hingga ke pekarangan rumah warga. Tidak jarang, air merendam lebih dari satu hari.
Salah satu warga yang menjadi korban air itu adalah Eka. Pemilik warung di ruas jalan itu mengaku pekarangan rumahnya sering menjadi langganan terendam.
“Dulu parit itu besar. Tapi sekarang menyempit. Ditambah lagi kondisi parit juga kotor. Kalau hujan turun, kita sudah mahfum pasti pekarangan rumah terendam,” kata Eka. Kondisi itu ditambahkan Eka diperparah lantaran adanya penyumbatan gorong-gorong penghubung parit itu ke saluran pembuangan. Karena gorong-gorongnya kecil sehingga tak mampu mengalirkan debir air dari drainase yang ada. Ditambah lagi, parit yang ada tidak dibersihkan dan tidak ditata dengan rapi.
“Kita masyarakat ini sangat berharap ada penataan ulang tentang tata kota khususnya drainase itu. Dibersihkan dan dirapikan agar mampu menampung serta mengalirkan air hujan. Gorong-gorong yang tersumbat juga agar di perhatikan. Supaya tidak terjadi penyumbatan yang menyebabkna air tergenang atau banjir lokal didaerah kami ini,” katanya.
Warga Kedamin lainnya yang sering menjadi korban terendam pekarangan rumahnya adalah Herwandi. Bapak yang memiliki 4 orang anak kembar ini mengatakan bahwa penyebab air tergenang karena sistem drainase yang kurang maksimal. Akibatnya, ketika hujan turun, air masuk ke drainase tak mengalir baik kemudian meluap. Merendam pekarangan puluhan rumah warga di kawasan itu.
“Parit yang kurang terawat juga menyebabkan air hujan tidak langsung turun ke Sungai Kapuas. Tetapi masih menggenang disekitar pemukiman warga. Gorong-gorong yang tersumbat juga menjadi penyebab,” kata Herwandi.
Herwandi berharap pemerintah daerah melalui isntansi teknis terkait agar dapat kiranya wilayah mereka menjadi agenda khusus. Sehingga ke depan daerah mereka bebas dari yang namanya banjir atau dari genangan air hujan. Herwandi menyarankan supaya dibuat pembuangan air atau parit alternatif. Yaitu parit di buat kearah jalan lintas selatan melewati showrome Mitshubisi dan tembus ke sungai Melapi. Kemudian dari sungai Melapi air langsung mengalir ke Sungai Kapuas.
“Karena relatif lebih dekat dibandingkan air harus melewati gorong-gorong yang ada disimpang tiga Bandara Pangsuma,” tandas Herwandi.
Keluhan yang sama juga diutarakan Sri Siti Haslindar, Kepala SMKN 1 Putussibau. Sri mengatakan, saat hujan tiba dapat dipastikan pekarangan sekolah terendam akibat dari luapan air drainase depan sekolah.
“Sering terendam menyuburkan rumput. Jadi sekolah terkesan tidak indah. Drainase depan sekolah itu tak berfungsi baik,” kata Sri.
Pihaknya ditambahkan Sri berencana melakukan peninggian halaman melalui penimbunan. Namun karena terbentur anggaran, rencana itu belum dapat di realisasikan. Sri mengakui dibutuhkan dukungan berbagai pihak terutama pemerintah daerah mewujudkan rencana pihaknya itu.
“Kami membutuhkan bantuan pemerintah. Mudah-mudahan ada perhatian,” kata Sri.
Sementara itu, Ketua DPRD Kapuas Hulu, Ade M Zulkifli menilai seharusnya drainase kota Putussibau dan Kedamin sudah tertata dengan baik. Selain karena ibu kota kabupaten, dua wilayah ini merupakan pusat perkembangan yang pesat di Kapuas Hulu.
“Harus di lakukan penataan dengan baik. Putussibau dan Kedamin belum sesibuk Jakarta. Jangan sampai persoalan drainase ini menimbulkan masalah lain yang merugikan orang banyak,” kata Zulkifli.
Munculnya persoalan seperti sekarang ini dikatakan Ade lebih karena tidak di rencanakan dari awal dengan baik. Ia mencontohkan pembangunan jalan dua jalur yang tidak diikuti pembangunan drainase secara maksimal. Ade menyebutkan seperti di kawasan Kedamin. Awalnya dikiri dan kanan jalan itu ada parit yang cukup besar sebagai drainase. Namun sebagiannya ditimbun untuk pelebaran sekaligus jalan dua jalur. Celakanya, proses yang ada tidak diikuti penataan sisa parit yang ada.
“Sudah lah parit mengecil, tidak di bangun lagi. Terkesan dibiarkan. Coba lihat sekarang di sepanjang jalan lintas selatan Kedamin itu. Wajar saja ketika hujan turun, drainase tak bisa maksimal berfungsi,” kata Ade.
Dikatakan Ade, jika pemerintah mau masih ada waktu untuk menata drainase yang ada. Membangun drainase yang terkoneksi secara baik ke saluran pembuangan. Ade melihat ada beberapa sungai yang bisa di jadikan saluran pembuangan. Diantaranya sungai Sibau, Sungai Nyamuk dan Sungai Kuali. Ketiga sungai itu berada di tengah kota Putussibau. Sedangkan di Kedamin bisa di salurkan ke Danau Baning dan ke parit arah Melapi. Dari dua saluran itu juga akan bermuara ke sungai Kapuas.
“Kita cukup banyak memiliki saluran pembuangan. Manfaatkan lah itu,” katanya.
Ade juga menekankan perlu ada ketegasan dari pemerintah daerah. Tegas bukan berarti keras. Mesti dibangun komunikasi bersama warga menangai persoalan itu. karena telah menjadi masalah bersama. Pemerintah tidak bisa berdiri sendiri tanpa ada dukungan masyarakat.
“Harus ada ketegasan. Masyarakat yang menutup drainase mesti membukanya kembali. Termasuk tidak menjadikan drainase tempat pembuangan sampah. Kalau bukan pemerintah yang menegaskan, siapa lagi,” tanya Ade.
Secara khusus Ade menyoroti wilayah di seputaran jalan Amin. Ade mengaku prihatin dengan warga di sana. Halaman rumah warga terendam air sepanjang hari. Seperti hidup di dalam rumah di tengah kolam. Mestinya ada upaya untuk mengalirkan air yang tergenang di kawasan itu.
“Disisa waktu ini, saya akan meminta komisi berkenanaan untuk berkomunikasi dengan pemerintah daerah guna mencari solusi masalah ini,” terang Ade.
Wakil Ketua Komisi C DPRD Kapuas Hulu, Abang M Isnandar, mengatakan harusnya pada saat hujan turun, dinas teknis terkait memantau langsung kondisi di lapangan. Bukan melihat di saat sudah kering.
“Jadi di mana masalahnya dapat terdeteksi dengan baik dan langsung dapat menelurkan solusi,” kata Abang.
Menurut Abang, harus ada penataan ulang drainase Putussibau dan Kedamin. Sebab ditambahkannya, musuh utama jalan itu adalah air. Apabila jalan sering tergenang, maka akan mudah rusak. Sebab itu, setiap jalan dibangun, maka disertakan drainase di kiri dan kanan. Peruntukkannya sangat jelas untuk menghindari jalan tergenang air ketika hujan turun.
“Fungsi darinase itu sangat vital. Mesti ada perhatian. Baik itu pembangunannya maupun pemeliharaan. Kita siap dukung bila pemerintah kabupaten membuat program penanganan drainase,” pungkas Abang. (ln13/HTr)


Tak Bisa Berbuat Banyak
Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Kapuas Hulu tak bisa berbuat banyak menangai masalah drainase. Plt Kepala Dinas, Tatang Suryadi membenarkan itu. Di temui di ruang kerjanya, Tatang mengatakan kewenangan ruas jalan tersebut termasuk drainase ada di pemerintah provinsi.
“Ruas jalan yang bermasalah itu statusnya jalan negara. Kewenangan penanggarannya di pemerintah provinsi. kita hanya bisa mengusulkan saja program yang kita buat,” kata Tatang.
Meski demikian, diakui Tatang pihaknya tidak pernah diam. Hampir setiap mengusulkan program ke pemerintah provinsi, persoalan drainase itu di masukkan. Hanya saja, tidak semua program kemudian di setujui. Dari 10-20 program, paling banyak 2-3 program yang tertampung. Tak hanya itu, koordinasi pun telah lama di lakukan ke pemerintah pusat. Namun hingga kini belum ada respon yang baik terkait program penanganan drainase.
“Kita juga pernah meminta agar asset itu di serahkan ke pemerintah Kabupaten. Agar mudah dalam penganggarannya. Tapi belum ada progress dari permintaan kita itu,” ungkap Tatang.
Nyaris senada, Ana Mariana, Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan menegaskan pihaknya tak berwenang terhadap drainase. Kewenangan pihaknya adalah pada saat membangun jalan termasuk drainase kiri dan kanan.
“Ketika membangun jalan memang sudah termasuk drainase kiri dan kanan. Untuk pembersihan dan pemeliharaan sudah bukan ranah kita,” tegas Ana.
Khusus drainase jalan Kom Yos Sudarso yang tak terbangun di beberapa titik, Ana menjelaskan ada persoalan teknis ketika dilakukannya pembangunan dua jalur jalan itu. dalam perencanaan telah di buat paket pembangunan jalan dua jalur lengkap dengan drainase. Akan tetapi, masalah teknis muncul di lapangan. Masyarakat enggan melepaskan tanah mereka yang terkena pembangunan drainase. Sempat dilakukan komunikasi, namun harga ganti rugi yang diminta masyarakat melebihi NJop. Pemerintah Kabupaten ketika itu tidak bisa mengabulkannya.
“Jadi anggaran untuk drainase oleh pihak ketiga sebagai pelaksana pembangunan di kembalikan lagi ke kas daerah,” terang Ana.
Menurut Ana, pembangunan drainase itu harus ada sinergi berbagai pihak. Pemerintah dari sisi perencanaan dan penganggaran. Kerjasama masyarakat disatu sisi seperti merelakan sebagian tanah untuk pembangunan. Mengingat apa yang akan di bangun itu adalah untuk kepentingan bersama.
“Seperti kondisi yang sering terjadi. Jalanan dan pekarangan rumah warga terendam. Yang dirugikan adalah masyarakat itu sendiri,” tukas Ana.
Namun demikian, pihaknya telah memprogramkan kegiatan normalisasi saluran pembuangan. Diantaranya normalisasi saluran pembuangan sungai nyamuk menggunakan dana DAU sebesar 200 juta. Kemudian normalisasi saluran pembuangan danau baning Putussibau Selatan dari dana DAU 120 juta. Normalisasi saluran pembuangan seputaran kantor camat Putussibau Utara sebesar 10 juta. Normalisasi saluran pembuangan sungai Kuali 75 juta dan normalisasi saluran pembuangan Kedamin Dat 200 juta.
“Mudah-mudahan memberi solusi bagi masyarakat,” ujarnya.
Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kapuas Hulu, Dini Ardianto juga mengatakan tak bisa berbuat banyak. Pihaknya hanya bisa menghimbau masyarakat agar membangun kepedulian terhadap lingkungan. Menggalakkan kegiatan gotong royong untuk membersihkan drainase yang ada di sekitar tempat tinggal masing-masing.
“Tidak menjadikan drainase sebagai tempat membuatng sampah. Fungsikan drainase sesuai peruntukkannya,” himbau Dini.
Pengurus Ikatan Mahasiswa Kapuas Hulu (IPMKH) Adhittia Egha Perdana berpendapat “Pembangunan sebuah kota bukanlah perkara sederhana. Perencanaan pembangunan harus diimbangi dengan resiko bencana yang sering dialami. Pembangunan infrastruktur seharusnya tidak mengganggu sistem drainase yang ada. Sehingga penyelesaian masalah sebelumnya tidak menimbulkan masalah yang baru. Masalah banjir yang sering terjadi seharusnya dapat menjadi pembelajaran. Pemerintah seharusnya memiliki master plan dalam perencanaan sebuah kota. Jika perencanaan sudah baik tinggal semua pihak yang terkait dapat menjalankan dan mengelola sistem drainase.” Tegas mahasiswa fakultas tekhnik untan ini.
“Suatu saat Putussibau pasti akan menjadi perkotaan yang maju, sistem drainase yang baik harus dibuat dari jauh-jauh hari sehingga dapat tertata dengan baik. Pemerintah juga harus membuat kebijakan tentang pembangunan sehingga pembangunan rumah, ruko dan lain-lain dapat memperhatikan sistem drainase sehingga tidak menggangu drainase yang ada.”
Menurut mahasiswa yang sedang menyelesaikan tugas akhirnya ini “Selain fungsi Estetika di atas, yang terpenting adalah fungsi kontrol drainase itu sendiri terhadap lingkungan. Khususnya dalam upaya pencegahan bencana, terutama banjir yang di akibatkan genangan-genangan yang tak teralirkan dengan baik pada saat musim hujan. Oleh Sebab itu, Pemerintah, LSM dan masyarakat saling bekerja sama dalam mengawasi  drainase hingga dapat berperan sebagaimana mestinya dalam rangka menjaga keberlangsungan kota. (ln13)

Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

http://picasion.com/i/1USKG/
 
Support : Bang Eceng | Template | @Adhittia_Egha
Copyright © 2013. Suara Uncak Kapuas - All Rights Reserved
Dirancang Oleh Adhittia Egha Atau Bang Eceng