Headlines News :
http://picasion.com/i/1URpX/
http://picasion.com/i/1UScV/
Home » » Geliat Pembangunan di Utara Kapuas hulu

Geliat Pembangunan di Utara Kapuas hulu

On Saturday, September 6, 2014 | 7:08 AM

Hari-hari ini masyarakat di wilayah perbatasan terutama yang mendiami beberapa kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu, Propinsi Kalimantan Barat sedang menikmati euforia kemajuan. Hal ini tampak dari intensifnya perhatian pemerintah pusat maupun daerah di wilayah Utara Kabupaten Kapuas Hulu yang secara geografis letaknya persis langsung berbatasan dengan wilayah Kerajaan Malaysia. Bentuk perhatian pusat yang dialami masyarakat Lintas Utara ini berupa perbaikan jalan dan Jembatan yang menghubungkan Kota Putussibau (Ibu Kota Kabupaten Kapuas Hulu) dengan Negara Malaysia.

Proses pembenahan infrastruktur ini sudah mulai dilakukan sejak pertengahan tahun 2010 dan sampai tahun 2014 ini, selama pemerintahan Bupati dan wakil bupati Kapuas hulu AM. Natsir, SH dan Agus Mulyana, SH, MH pembangunan infrastruktur di wilayah utara ini terus di tuntaskan. Jika dibandingkan dengan kondisi jalan sampai awal tahun 2014, jalan Lintas Utara sudah jauh lebih bagus dibandingkan sebelum tahun 2010. Dahulu banyak jembatan kayu yang lapuk dan mudah rusak, namun sekarang sudah banyak terlihat jembatan-jembatan beton yang kuat. Dahulu jalanan seperti kubangan kerbau, sekarang jalan sudah jauh jauh lebih bagus dan mulus.

Hal ini tentu lebih mempermudah transportasi darat bagi masyarakat di perbatasan menuju Ibu Kota Kabupaten Kapuas Hulu. Jika sebelumnya perjalanan Putussibau-Badau bisa seharian dan kadang-kadang berhari-hari di musim hujan. Sekarang ini, Badau-Putussibau bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat dalam waktu 3-4 jam. Waktu tempuh yang semakin singkat ini sangat berpengaruh pada semakin meningkatnya mobilitas warga perbatasan baik ke Ibu Kota Kabupaten, maupun ke Ibu Kota Propinsi. Daerah yang dahulunya jika hujan seharian saja akan kebanjiran sehingga kendaraan harus terhenti berjam-jam menunggu air surut seperti di desa Nanga Awin, namun sekarang kondisi itu tidak terjadi lagi karena jalan diwilayah tersebut telah di tinggikan dan jalan tersebut sudah semakin lebar dan mulus.

Selain itu, di wilayah perbatasan (Badau) telah dibangun proyek bersama Malaysia-Indonesia dalam bentuk pabrik pengolahan CPO bersama antara Sinar Mas (Indonesia) dan Malaysia. Dengan adanya pabrik CPO yang sedang dalam proses pembangunan ini semakin meramaikan wilayah perbatasan. Saat ini laju pertambahan penduduk dari luar daerah diperkirakan yang datang ke wilayah perbatasan sekitar seribu jiwa perbulan. Peningkatan penduduk ini dipicu oleh semakin meluasnya perkebunan kelapa sawit di kecamatan-kecamatan perbatasan yang menyerap banyak tenaga kerja pada masa pembukaan lahan dan penanaman. Dengan demikian, wilayah perbatasan yang sebelumnya boleh dibilang masyarakatnya homogen, terdiri dari masyarakat Dayak Iban, Kantuk, dan Tamambaloh saja, sekarang sudah mulai lebih heterogen. Tentu hal ini juga akan menimbulkan dampak sosial tersendiri bagi masyaraka yang ada di perbatasan.

Rencana selanjutnya PEMDA Kapuas Hulu, di wilayah perbatasan akan dibangun pelabuhan angkutan yang menghubungkan wilayah paling Timur Propinsi Kalbar ini dengan Ibu Kota Propinsi. Pelabuhan angkutan ini akan lebih dekat menghubungkan Badau dan Pontianak (500 Km). Dengan demikian jarak Badau-Pontianak yang sebenarnya harus 900 Km sudah semakin dipotong 400 Km. Diharapkan dengan demikian, barang-barang kebutuhan pokok dari dalam negeri bisa lebih mudah didistribusikan di wilayah perbatasan bagian Timur Kalbar yang terkenal sangat terisolir dan luput dari perhatian selama ini.

Puncak dari perhatian pusat ini adalah rencana pemekaran wilayah Kabupaten baru di wilayah perbatasan menjadi Kabupaten Lanjak yang dinaungi oleh beberapa kecamatan perbatasan. Hal ini diharapkan semakin mengerucutkan proses perhatian dan pembangunan di wilayah perbatasan. Semua bentuk perhatian ini tentu merupakan Kabar Gembira bagi masyarakat perbatasan dan juga pasti akan harus dibayar mahal dengan banyak hal. Pasti akan ada banyak dampak positif dari semua perubahan ini dan tentunya tidak sedikit juga dampak negatif yang akan dirasakan oleh masyarakat lokal yang selama ini boleh dikatakan kehidupannya sangat menjaga harmoni dengan alam.

Diharapkan semua perkembangan ini dibarengi juga adanya usaha untuk mempersiapkan masyarakat Dayak di wilayah perbatasan untuk mengantisipasi, menyikapi, dan mengimbangi dengan cara yang lebih bijaksana terhadap setiap bentuk perubahan yang terjadi. Jika tidak, maka mekanisme menyingkir dari pusat keramaian dan kemajuan akan terus menjadi dilema bagi masyarakat Dayak perbatasan. Jangan sampai semua bentuk "kemajuan" ini kemudian perlahan-lahan malah "menyingkirkan" masyarakat Dayak dari tanah tumpah darah mereka. Sebab arah ke sana sudah mulai terasa di mana sebagian besar pekerja di perkebunan kelapa sawit di beberapa kecamatan perbatasan (yang telah menerima sawit) bukanlah masyarakat setempat melainkan masyarakat dari luar Pulau Kalimantan. Padahal di atas tanah nenek moyang merekalah, batang-batang sawit itu ditanam.

Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

http://picasion.com/i/1USKG/
 
Support : Bang Eceng | Template | @Adhittia_Egha
Copyright © 2013. Suara Uncak Kapuas - All Rights Reserved
Dirancang Oleh Adhittia Egha Atau Bang Eceng