Sebuah kerajaan yang bernama Selimbau Darussalam adalah sebuah kerajaan yang di dahului oleh kerajaan pendahulunya yang bernama PELEMBANG (bukan Palembang Sumatera /Silakan lihat Dokument di museum Leiden belanda). Kerajaan ini didirikan oleh sri paduka maharaja Bindu Mahkota terletak sekitar 2 km dari kota selimbau yang ada sekarang ini.
Baginda di dampingi permaisurinya bernama Ratu Sri Batara aji melayu. Beliau membuat sebuah istana di suatu tanah rendah di tepian sungai kapuas. Istana di kelilingi sungai dan rawa rawa yang luas yang juga berfungsi sebagai lahan sawah yang subur, di sebelah utara istana terdapat sungai Kapuas, danau Biduk dan danau Rawa Pancur.
Sedangkan di sebelah selatan istana terdapat Danau Melutu dan Danau pinang, di sebelah barat istana terdapat Danau Selimbau dan Danau kecil lainnya yang menghubungkan hingga ke Danau besar seperti Danau sumbuk,danau sengkarut dan danau Tengkidap hingga tembus ke wilayah Danau Sentarum. Di dekat Istana terdapat pura tempat sesembahan terhadap sang hyang widhi wisesa, dan pura ini tetap berdiri hingga sampai Raja yang ke 13, yang bertahta di selimbau hindu yang kala itu bernama Pelembang (berasal dari kata Pelimbang berarti tempat berkubang binatang ).
Berdasarkan sejarah lisan turun temurun bahwa Raja ini mempunyai senjata Palu Gada wesi Kuning yang apabila dipukulkan ke bumi bisa menimbulkan GEMPA LOKAL, dan ada lagi sebuah senjata keris bermata biru yang bila di kibaskan bisa menimbulkan kilat petir, sehingga sang Raja di beri gelar si GUNTUR BAJU BINDU KILAT LAMBAI LALU.
Perkawinan baginda dengan RATU SRI BATARA ADJI MELAYU, membuahkan seorang putra yang bernama ADJI LIDI yang kelak di kemudian hari di nobatkan sebagai raja yang kedua menggantikan sang ayahndanya, namun sebelum Aji Lidi naik tahta, pemerintahan di pegang oleh ibundanya Ratu Sri Batara Aji Melayu hingga tutup usianya. Pemerintahan selanjutnya di lanjutkan oleh Raja Aji Lidi dan permaisurinya Ratu Bungsu, hingga beberapa waktu lamanya dan peningkatan pembangunan kerajaan bertambah pesat sehingga kemakmuran merata di seluruh kehidupan masyarakat pada waktu itu
Pemerintahan Raja Adji Lidi dan permaisurinya Ratu Bungsu terhitung stabil dalam mempertahankan kedaulatan kerajaan warisan ayahndanya, dan kehidupan rakyat diarahkan pada sektor pertanian dan perikanan yang di pengaruhi dua musim yaitu musim hujan air pasang dalam dan musim kemarau kering selama 6 bulan, suatu ciri khas kehidupan yang sama dengan kondisi lahan basah Danau sentarum Selimbau.
Pada bulan bulan kering seperti ini biasanya terjadi suatu serangan dalam jumlah yang banyak dari cannibal pemburu kepala serawak, mereka menyerang kerajaan dan perkampungan sepanjang pesisir sungai Kapuas untuk berburu kepala manusia sebagai bagian dari Ritual suci agama animisme mereka. Biasanya upacara TIWAH juga memerlukan kepala manusia untuk mengantarkan roh nenek moyang menuju alam Nirwan, para penyerang itu menempuh perjalanan jauh melintasi areal Danau sentarum yang sedang mengering,mereka melintasi danau luar, danau bekuan, danau samar, danau pega, danau peranak burung, daratan kirin nung, hingga ke pesisir Kapuas yang selalu menjadi korban perburuan kepala tersebut.
Selama ratusan tahun, kerajaan pesisir Kapuas selalu bersifat pasif maupun devensif menghadapi serangan ganas para pengayau kepala yang berasal dari serawak sebelah utara kerajaan Selimbau Hindu itu. (Abang Walidad)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !