Era tahun 80 hingga 90-an, sungai
menjadi satu-satunya sarana akses andalan masyarakat Kapuas Hulu. berbagai
jenis angkutan sungai ketika itu menjadi rajanya. Mulai dari motor tambang,
speedboat hingga motor bandong.
Ada karakteristik yang berbeda dari
tiga angkutan sungai itu. Motor tambang adalah kapal bermesin yang lebih
dominan untuk mengangkut orang. Lebih banyak di gunakan masyarakat kelas
menengah ke bawah. Perjalanan menggunakan motor tambang ini cukup lama. Dari
Kota Putussibau ke Kota Sintang ditempuh satu hari satu malam perjalanan.
Menyusuri sungai Kapuas yang berkelok dan panjang.
Kemudian speedboat. Angkutan sungai
ini relative lebih cepat. Banyak di gunakan masyarakat kelas menengah ke atas
dan para pejabat. Waktu tempuhnya lebih cepat. Hanya membutuhkan 7 hingga 8 jam
perjalanan dari Kota Putussibau ke Kota Sintang. Kapasitas angkutnya juga hanya
belasan orang saja.
Ada lagi kapal bermesin yang dinamai
motor bandong. Motor bandong ini bentuknya unik. Berbeda dengan motor tambang.
Motor bandong menjadi armada pengangkut berbagai barang kebutuhan pokok
masyarakat.
Meski saat ini masyarakat telah
beralih ke transportasi darat, namun motor bandong masih jadi salah satu sarana
transportasi andalan. Selain mengakut barang, motor bandong umumnya di gunakan sebagai
sarana berdagang. Ruangan bagian dalam motor bandong disulap layaknya sebuah
toko. Ada etalaes yang dipasang untuk memajang barang dagangan. Cukup lengkap
barang yang tersedia. Mulai dari kebutuhan rumah tangga, hingga barang
kelontong.
Ada
juga motor bandong yang tetap dimanfaatkan sebagai alat transportasi pengangkut
barang. Terutama barang-barang rumah tangga yang besar dan berat. Seperti
lemari, meja dan kursi, tempat tidur dan lain sebagainya. Selain itu, motor
bandong juga digunakan untuk mengangkut barang bahan bangunan. Mulai dari
semen, besi, pipa dan lainnya.
Menurut Sulaiman, salah satu tokoh
muda Kapuas Hulu, telah menjadi bagian hidup masyarakat Kapuas Hulu. Terutama
yang berada di pesisir sungai Kapuas.
“Yang unik itu motor bandong
layaknya toko berjalan. Memuat barang-barang di dalam etalase dan rak guna
memudahkan warga yang di singgahinya berbelanja,” kata Sulaiman.
Biasanya dikatakan Sulaiman, pemilik
motor bandong berangkat dari Pontianak. Membawa berbagai barang kebutuhan pokok
masyarakat. Singgah di setiap permukiman penduduk yang banyak tersebar
dipesisir sungai Kapuas. Menawarkan berbagai kebutuhan pokok itu untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Selain itu, pemilik motor bandong juga mengumpulkan
berbagai komoditi masyarakat. Seperti ikan asin, ikan salai, hasil olahan ikan,
karet dan lain sebagainya.
“Komoditi masyarakat itu nantinya di
jual saat kembali ke Pontianak,” kata Sulaiman.
Sudah selayaknya dikatakan Sulaiman
ada upaya pelestarian terhadap keberadaan motor bandong itu oleh pemerintah
daerah. Bisa saja dengan membangun museum atau miniature motor bandong.
Sehingga generasi yang ada saat ini dan di masa mendatang mengetahui jika di
Kapuas Hulu dulu pernah Berjaya yang namanya motor bandong.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !